ASAL USUL DESA WONODADI WETAN
Sejarah
berdirinya Desa Wonodadi Wetan pada dasarnya tidak bisa diketahui secara pasti,
mengingat tidak ada bukti-bukti sejarah yang cukup untuk mengungkapkannya. Namun
dari penuturan tokoh masyarakat desa dapat kami tulis “Asal usul Desa Wonodadi
Wetan” sebagai media untuk kami lebih mengenali desa kami.
Pada
zaman dahulu di sebelah Timur aliran sungai Lorog wilayah tersebut adalah hutan
yang sangat lebat, hingga datang seorang “cikal bakal” yang mulai membuka hutan
tersebut, karena daerah tersebut dekat aliran sungai maka lama kelamaan seiring
berjalannya waktu wilayah tersebut digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk
dan berkembang menjadi Pedukuhan dan akhirnya menjadi sebuah Desa. Dari segi
bahasa, Wonodadi Wetan berasal dari kata “wono-dadi-wetan” istilah ini diambil dari Bahasa Jawa yang
artinya :
- Wono / alas : hutan
- Dadi : jadi
- Wetan/ etan : timur
Jadi Wonodadi Wetan menurut
uraian di atas bisa di artikan bahwa hutan
lebat yang menjadi sebuah desa yang
terletak di sebelah Timur aliran
sungai Lorog.
Pada
awal terbentuknya Desa ini tidak memiliki batas-batas wilayah yang jelas dengan
pembagian wilayah yang kurang beraturan, namun Desa tersebut sudah dibagi
menjadi 7 (tujuh) wilayah Dusun, yaitu : Dusun Batang, Dusun Bondalem, Dusun
Tawang, Dusun Pager, Dusun Krajan dan Dusun Ketos, 2 (dua) wilayah Dusun diantaranya
berada di sebelah Barat aliran sungai Lorog yaitu Dusun Pager dan Dusun Tawang.
Dengan
adanya Klansiran tahun 1918 Desa Wonodadi Wetan mulai tertata, luas wilayahnya
302,005 ha dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
- Sebelah Utara Desa Ketanggung Kecamatan Sudimoro
- Sebelah Timur Desa
Ketanggung Kecamatan Sudimoro
- Sebelah Barat Desa
Wonodadi Kulon Kecamatan Ngadirojo
- Sebelah Selatan Desa Bogoharjo Kecamatan Ngadirojo.
Dari hasil Klansiran tersebut juga terjadi pertukaran 2
(dua) wilayah Dusun, Dusun Tawang dan Dusun Pager yang berada di sebelah Barat
aliran sungai Lorog yang tadinya masuk wilayah Desa Wonodadi Wetan masuk dalam
wilayah Desa Wonodadi Kulon, demikian juga sebaliknya Dusun Katir dan Dusun
Ngobal yang berada di sebelah Timur sungai Lorog yang tadinya masuk wilayah
Desa Wonodadi Kulon masuk dalam wilayah Desa Wonodadi Wetan, sehingga Desa
Wonodadi Wetan tetap mempunyai 7 (tujuh) wilayah Dusun.
7 (tujuh) wilayah Dusun tersebut nama-namanya diambil dari
situasi dan kodisi wilayah tersebut.
1. Dusun Batang
Di daerah ini terdapat tempat
pertemuan (muara) 2 (dua) aliran sungai,
yaitu sungai (kali) Banyu Kuwung dan sungai Lorog, pada waktu musim penghujan sering terjadi
banjir yang mengakibatkan banyak pohon tumbang yang hanyut (watang) dibawa
aliran sungai Banyu Kuwung yang berhenti di muara sungai tersebut, sehingga
waktu banjir sudah surut penduduk sekitar mengambil batang-batang kayu tersebut
untuk digunakan sebagai kayu bakar.
Batang berasal dari Bahasa Jawa :
- Embat :
ambil
- Watang :
kayu yang hanyut dibawa aliran sungai.
Daerah ini dulunya sebagi tempat embat-embatane
watang (pengambilan kayu yang hanyut) menjadi akronim mbat-tang, karena
disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia yang benar akhirnya menjadi nama
Batang, namun penduduk sekitarnya sampai sekarang masih menyebutnya dengan
sebutan mBatang (memakai huruf -M- ).
2. Dusun Katir
Daerah ini berasal dari endapan tanah
longsor dari pegunungan sekitarnya dan kemudian dicetak menjadi pesawahan,
sebagai sarana irigasi sederhana dibangun sebuah parit (jawa : katiran) untuk
mengalirkan air dari Kali Nglintrik.
Katir berasal dari istilah :
- Katiran; katir :
parit; saluran irigasi.
Karena daerah ini adalah satu-satunya
daerah yang pertama kali mengenal system irigasi sederhana dengan membangun
sebuah parit, maka daerah ini terkenal dengan sebutan katiran, yang lama-lama
berubah menjadi sebutan Katir.
3. Dusun Bondalem
Pada zaman penjajahan Belanda, daerah ini
merupakan perkebunan kopi rakyat yang sangat subur. Pada suatu saat daerah itu dikunjungi
oleh seorang pemimpin Goverment Belanda (penduduk setempat menyebutnya Onder),
dalam kunjungan tersebut terjadi dialog antara Onder dengan warga.
Cuplikan dialog tersebut adalah sebagai
berikut :
…………………
Onder :
“Ini kebun siapa?”
(dengan
tergopoh-gopoht dijawab dengan Bahasa Jawa yang sangat santun)
Warga :
“Niki kebon dalem” (ini kebun saya : Bahasa Indonesia)
…………………
Kata “kebon dalem” kemudian menjadi
pembicaraan warga dan akhirnya menjadi sebutan daerah tersebut, dalam
perkembangannya kata “kebon dalem” berubah menjadi “mBondalem”. Sesuai dengan
ejaan bahasa Bahasa Indonesia yang benar akhirnya menjadi nama Bondalem, namun
penduduk sekitarnya sampai sekarang masih menyebutnya dengan sebutan mBondalem (memakai
huruf -M- di depan ).
4. Dusun Ngobal
Daerahnya sebagian besar pegunungan dengan
tebing-tebing yang curam dan batuan terjal, hanya sebagian kecil saja yang
merupakan dataran rendah. Di daerah ini terdapat banyak sumber/mata air yang
besar, masyarakat sekitar menyebutnya “Obalan”..
Ngobal berasal dari istilah :
- Obal : mata air.
- Ngobal :
daerah yang banyak terdapat mata airnya.
Karena daerah ini terdapat banyak obalan masyarakat sekitar
menyebutnya dengan istilah “Ngobal” yang akhirnya berkembang menjadi sebutan
daerah tersebut sampai dengan sekarang
5. Dusun Sambi
Daerah ini merupakan DAS sungai Lorog. Sebagai
pekerjaan sampingan penduduk sekitar mencari ikan di sungai tersebut dengan
cara membuat petak-petak di pinggiran sungai (lèlès : ist. Jawa), pada waktu banjir petak-petak
tersebut menjadi tempat berhentinya endapan-endapan lumpur, lama kelamaan
endapan-endapan tersebut mencapai ketinggian tertentu dan oleh penduduk sekitar
dijadikan lahan pertanian. Karena didesak oleh factor kebutuhan akan tempat tinggal,
daerah tersebut akhirnya menjadi pemukiman penduduk.
Sambi berasal dari istilah :
- Samben; sambi; nyambi : sampingan; sambilan.
karena proses terjadinya daerah ini dari pekerjaan sampingan maka daerah ini disebut dengan dengan istilah “Sambi” yang lama kelamaan menjadi nama Dusun Sambi sampai dengan saat ini.
6. Dusun Krajan
Hampir setiap wilayah desa memiliki daerah
yang disebut dengan Krajan. Demikian juga dengan Desa Wonodadi Wetan.
Krajan dari istilah
- Kerajaan; krajan :
pusat pemerintahan
Daerah ini sebagai pusat pemerintahan pada masa-masa pemerintahan terdahulu, sehingga masyarakat menyebutnya dengan sebutan Dusun Krajan. 7. Dusun Ketos
Dahulu kala daerah ini terdapat banyak
sekali batuan dengan ukuran yang sangat besar, sehingga apabila kita berada
dalam daerah tersebut maka akan kesulitan untuk bergerak karena akan terbentur
oleh batuan-batuan tersebut.
Ketos berasal dari istilah :
- Mingket : bergerak; berpindah
- Jotos;kejotos :
bentur; terbentur
Janji mingket kejotos; Ketos (tiap bergerak terbentur
batuan) istilah Ketos akhirnya berkembang menjadi sebutan daerah tersebut dan
dalam perkembangannya menjadi nama Dusun Ketos.
Dusun Krajan dan Dusun Ketos letaknya berbatasan, karena
pengaruh erosi dari sungai Lorog yang merusak pemukiman penduduk, lama kelamaan
Dusun Krajan hanya dihuni oleh 4 (empat) KK (Kepala Keluarga) akhirnya pada
tahun 1984 Dusun Krajan dan Dusun Ketos digabungkan menjadi satu wilayah Dusun
yang di beri nama Kraket (akronim dari Krajan dan Ketos), sehingga sejak tahun
1984 Desa Wonodadi Wetan memiliki 6 (enam) wilayah dusun, yaitu : Dusun Batang,
Dusun Katir, Dusun Bondalem, Dusun Ngobal, Dusun Sambi dan Dusun Kraket.
Pemerintah Desa Wonodadi Wetan
dalam perkembangannya mengalami perpindahan pusat Pemerintahan, diantaranya :
- Dusun Krajan sebagai pusat pemerintahan dari
thn ….. s/d thn 1950
- Dusun Bondalem sebagai pusat pemerintahan dari
thn 1951 s/d thn 1985
- Dusun Batang sebagai pusat pemerintahan dari
thn 1986 s/d sekarang
Demikian sekilas sejarah singkat
asal-usul Desa Wonodadi Wetan, semoga memberikan tambahan wawasan bagi kita
semua.